David Hidayat Konservasi Laut di Pesisir Selatan

Sejak dulu Indonesia sudah dikenal sebagai negara maritim. Hal ini mengacu pada kondisi negara Indonesia yang perairannya lebih luas daripada daratannya.

Karena sebagian besar wilayah Indonesia didominasi perairan, maka tidak heran apabila Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) terluas di dunia.

Luasnya perairan yang dimiliki oleh Indonesia juga membuat banyak masyarakat menggantungkan hidup mereka pada hasil laut dengan menjadi nelayan.

Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hasil laut Indonesia mencapai 6 juta ton pada tahun 2019.


Di samping itu, jumlah pesisir yang sangat luas membuat pariwisata laut berkembang dengan sangat pesat. Selain menawarkan keindahan pantai, bagian pesisir juga kerap kali dijadikan objek wisata karena memiliki keindahan terumbu karang serta keanekaragaman hayati laut yang memukau.

Salah satu bagian pesisir di Indonesia yang terkenal indah dan terumbu karang salah satunya adalah laut di Pesisir Selatan Sumatera Barat.

Sebagai informasi, Pesisir Selatan adalah nama sebuah kabupaten di Sumatera Barat yang namanya sendiri diambil dari nama peninggalan Belanda pada tahun 1903. Pada zaman dahulu, nama Pesisir Selatan pemberian Belanda adalah afdeling zuid beneden landen yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti “dataran rendah bagian selatan.”

Wilayah Pesisir Nagari Sungai Pinang

Pesisir Nagari Sungai Pinang adalah salah satu wilayah di pesisir selatan yang sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup mereka pada hasil laut.

Wilayah ini dikenal memiliki banyak ikan Karang karena terumbu karang yang ada di tempat ini sangat melimpah.

Sayang, eksploitasi berlebihan telah menyebabkan wilayah ini mengalami kerusakan terumbu karang yang sangat parah hingga membuat ikan karang jauh berkurang.

Menteri kelautan dan perikanan Republik Indonesia menetapkan wilayah Sumatera Barat sebagai salah satu wilayah dengan tingkat eksploitasi yang tergolong parah. Sebab, tidak kurang dari 42% terumbu karang yang ada di wilayah perairan Sumatera Barat ini memiliki kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

Kondisi inilah yang membuat salah seorang pemuda yang berasal dari wilayah pesisir Nagari Sungai Pinang merasa sedih dan merasa terpanggil untuk menyelamatkan terumbu karang yang ada di sana.

Pemuda tersebut adalah David Hidayat yang sejak lama hobi menyelam dan sangat mencintai laut. Pasalnya, selain menjadi penikmat keindahan laut, ia juga menyadari sepenuhnya akan arti laut bagi orang-orang di sekitarnya yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.

Menginisiasi Program Konservasi Laut

Melihat nasib terumbu karang yang sebagiannya rusak akibat eksploitasi yang berlebihan berkurangnya secara signifikan jumlah ikan-ikan terumbu karang di wilayah pesisir, khususnya di daerah Pesisir Nagari Sungai Pinang, membuat David berinisiatif untuk menginisiasi program konservasi laut pada 2014 untuk mengembalikan kondisi seperti sebelumnya.

Tak sendirian, David juga mengajak serta warga desa Nagari Sungai Pinang yang tergabung dalam wadah bernama “ANDESPIN” untuk melakukan konservasi laut.

ANDESPIN sendiri merupakan singkatan dari Anak Desa Sungai Pinang. Di belakang nama ini, disertakan asal wilayah dalam bahasa Inggris sehingga nama lengkap perkumpulan ini adalah ANDESPIN Deep West Sumatera.

Fokus utama kegiatan ANDESPIN Deep West Sumatra adalah transplantasi terumbu karang untuk merehabilitasi ekosistem laut, membuat penangkaran penyu, membudidayakan rumput laut.

Selain itu, kelompok ANDESPIN ini juga terus berusaha untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak menggunakan alat-alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan. Serta, mengurangi eksploitasi pada hutan mangrove.

Selain fokus mengedukasi nelayan, David dan teman-temannya juga melakukan edukasi anak-anak agar lebih teliti terasi dan bisa memahami Pentingnya menjaga lingkungan, khususnya terumbu karang yang ada di Laut Sungai Pinang.

Harapannya, anak-anak yang akan menjadi penerus ini memiliki bekal pengetahuan yang cukup untuk menjaga sekaligus menghindari kerusakan terumbu karang.

Konsisten melakukan rehabilitasi pada terumbu karang, dan konsisten menanam bibit mangrove, serta rutin memilih tour program yang dijalankan oleh Andespin Deep West Sumatera telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi terumbu karang maupun mangrove yang ada di wilayah Pesisir Nagari Sungai Pinang.

Tak hanya membuat terumbu karang yang menjadi habitat hewan laut kembali lestari, hasil tangkapan ikan nelayan pun membaik dari waktu ke waktu.

Hingga tahun 2022 lalu, jumlah terumbu karang dan hutan mangrove yang bisa dikonservasi mencapai 70% dari total ditargetkan.

Mengajak Masyarakat Memaksimalkan Potensi Alam

Selain mengandalkan hasil laut, David juga berusaha untuk mengajak masyarakat memaksimalkan potensi alam di Desa Nagari Sungai Pinang. Diantaranya adalah dengan membuat produk kopi mangrove serta batik mangrove khas Pesisir sejak 2020.

Kemudian, David dan kawan-kawannya juga berusaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa Nagari Sungai Pinang dengan memanfaatkan potensi bahari untuk dijadikan sebagai cinderamata atau oleh-oleh khas.

Mendapat Penghargaan SATU Indonesia Award

Atas usaha dan kegigihannya mengkonversi laut di Pesisir Selatan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat di desa Nagari Sungai Pinang, David Hidayat mendapatkan penghargaan dari Astra melalui ajang SATU Indonesia Award pada tahun 2022 lalu.

Penutup

David Hidayat adalah salah satu contoh pemuda inspiratif yang meskipun adalah anak seorang nelayan namun memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan perubahan dan pemberdayaan perekonomian masyarakat di sekitarnya.

Saya berharap, artikel ini bisa menggugah pembaca untuk pulang dan memajukan kampung halamannya melalui berbagai kegiatan positif dalam bidang apapun. Karena memajukan kampung sendiri, akan berarti memajukan bangsa Indonesia juga.

Comments

Popular posts from this blog

6 Alasan Mengapa Bali Begitu Menakjubkan

5 Hotel Murah di Bali dengan Pemandangan Langsung ke Arah Laut